Annyeonghaseo chinggudeul :D
Wuahh,looooong time no see !
Miss me or not? If not, it's okay lah =D
Akhirnya bisa kembali terjun di dunia perFF-an..
Oh iya, saya juga mau ucapkan selamat hari Raya Idul Fitri bagi yang menjalankan ^^*maap telat -_-*
FFku yang ini only oneshoot, for the next info, please read and coment or ninggalinjejak ne (y)
Oh
 iya, aku juga belum sempat nulis sequel dri altar sedarah.. Mianhae.. 
But, nanti pasti ku buat jika tak ada yang menghalangi :D
Let's Read ! Go go go ! hehe :D
~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~_~~__~~__~~__~~
Namaku Lee
 Sungmin tetapi sering dipanggil Minnie atau Sungmin. Aku seorang 
Korea bermarga Lee, anak dari Lee Kang-in dan Park Jung-Soo.
Aku sudah
 menikah tetapi sepertinya pernikahanku tidak sejalan atau tidak 
seperti yang aku inginkan. Aku menikahi pria pilihan kedua orang tuaku 
yang artinya aku menikahi pria itu hanya karena dijodohkan. Kedua orang 
tuaku berkata bahwa pria itulah yang cocok untuk menjadi suamiku.
“Minnie-ah, eomma
 dan appa sudah mendapatkan orang yang tepat untukmu. Dia pria yang 
baik,rajin beribadah, dan juga rajin bekerja. Eomma dan appa percaya 
bahwa dia dapat menjagamu dengan setia dan penuh kasih hingga akhir 
hayatmu. Eomma dan appa yakin bahwa kamu pasti bisa mencintainya seiring 
berjalannya waktu.” kata appa dan eomma Sungmin.
“Andwe eomma,
 appa ! Aku tidak mau menikah dengannya ! Mengetahui wajahnya saja 
tidak, apalagi sifatnya, dan tidak akan mungkin aku dapat mencintainya karena 
keterpaksaan!” ucap Sungmin dengan amarah yang berkobar – kobar.
“Tapi Minnie-ah,
 kamu pasti bisa melakukannya. Eomma dan appa yakin bahwa pria ini benar –
 benar mencintaimu dengan tulus tanpa syarat. Eomma dan appa sudah sering
 memperhatikannya. Dia anak yang baik, rajin, dan dia begitu setia. 
Eomma dan appa akan sangat senang jika kamu menikahinya. Eomma dan appa 
sudah menyiapkan semuanya, kamu tinggal menunggu kapan acaranya 
berlangsung.” Ucap appa dan eomma Sungmin meyakinkan dan mungkin sedikit kelewatan karena mempersiapkan segalanya tanpa izin dari Sungmin.
Saat itu,
 aku tidak membalas ucapan appa dan eomma. Aku tidak mau lama – lama 
berargumen penuh amarah dengan kedua orang tuaku. Mungkin benar kata appa dan eomma bahwa pria itu adalah orang yang tepat untukku. Tetapi apakah appa dan eomma tidak bisa menanyakannya terlebih dahulu kemudian 
mempersiapkan semuanya?! Ingin rasanya ku batalkan pernikahan ini. 
Tetapi, aku tidak mau kedua orang tuaku malu dan kecewa. Lalu aku 
memutusakan pergi ke kamar untuk menghilangkan amarah ini yang mungkin 
jika dapat digambarkan sebagai api, kini sudah membakar sebagian dari rumah 
ini.
Aku tidak pernah mencintainya. Aku 
membencinya karena keterpaksaan yang muncul di awal presepsiku tentangnya.
 Maka dari itu, aku memutuskan untuk tidak memiliki ikatan yang lebih 
seperti suami istri lainnya karena aku tidak mau membencinya lebih dari 
kebencianku selama ini. Aku memutuskan untuk tidak memiliki anak dan 
menggunakan pil KB dan ia menyetujuinya, sampai suatu ketika aku lupa 
meminumnya tetapi ia mungkin benar – benar ingin memiliki anak 
dari diriku maka dari itu ia tidak mengingatkannya dan saat aku 
memeriksakannya ke dokter, ternyata aku telah hamil 4 bulan dan dokter 
melarang keras untuk melakukan aborsi. Ditambah lagi aku sangat kesulitan
 saat persalinan karena ternyata anak yang ku kandung adalah kembar. Aku 
tak tahu tujuan utamanya. Apakah dia benar –benar senang melihat aku 
mengandung anaknya atau dia melakukannya untuk memuaskan nafsunya saja. 
Yang aku tahu, saat ini aku tidak hanya membencinya tetapi sangat-sangat membencinya.
Biasanya aku melakukan 
kewajibanku sebagai seorang istri walaupun dengan hati yang tidak tulus. 
Tetapi mulai saat ini aku sudah sangat membencinya dan aku 
memutuskan untuk tidak lagi melayaninya sebagai seorang istri yang baik. 
Aku ingin dia juga membenciku dan bercerai dengannya. Aku semakin 
memperlihatkan kebencianku padanya dengan  pergi bersama teman – temanku 
mencari hiburan yang mungkin dapat menghilangkan stress yang terus 
melekat pada diriku.
Aku benci saat dia 
menelponku berulang – ulang saat sedang jalan bersama teman –temanku 
karena menurutku hal itu kembali menimbulkan rasa benciku padanya..
Aku benci padanya saat meletakkan cangkir kopinya tanpa alas piring kecil di bawahnya karena mengotori taplak meja kesayanganku..
Aku benci padanya saat membiarkan laptop kesayanganku hidup hingga keesokan harinya..
Aku benci padanya saat mendengar dengkurannya di sebelahku setiap malam..
Semakin hari,
 temperatur kebencianku semakin tinggi dan sepertinya kebencianlah 
yangberkuasa atas diriku saat ini. Untuk itu, aku memutuskan untuk 
kembali mencerahkan kembali hati dan pikiranku yang sepertinya sudah 
seperti batu –batu yang berantakan yang bentuknya tak tahu lagi seperti 
apa dan jikadisambung kembali tidak akan berhasil.
Pagi itu
 suami dan anak – anakku sudah bersiap – siap untuk melaksanakan 
kewajiban bekerja dan menerima hak untuk belajar di sekolah. Dan seperti 
biasa, aku bangun terakhir dari pada mereka. Kini mereka akan segera 
berangkat. Biasanya suamiku mencium di pipi, tetapi hari ini dia 
menambahkan 1 bonus pelukan yang menurutkubegitu hangat dan entah 
mengapa sepertinya aku tidak ingin melepaskannya. Kedua anakku menggoda kami
 tetapi aku hanya menganggap semuanya angin lalu dan kebencian itu tetap 
saja ada dalam diri ini.
Aku pergi ke salon 
langgananku untuk sedikit merapikan bagian rambutku yang sepertinya sudah
 sedikit ketinggalan dengan trend saat ini karena aku terlalu sibuk 
membenci suamiku. Yah, walaupun dengan berat hati pada hakikatnya dia 
pula adalah belahan jiwaku. Sebelum aku pergi ke salon, dia mengajakku 
untuk pergi ke rumah ibuku karena hari ini ibu berulang tahun tetapi aku 
lebih memilih untuk pergi ke salon karena kedua orang tuakulah aku 
menikahi pria ini dan secara otomatis aku turut membenci kedua orang 
tuaku.
Di salon, aku bertemu dengan seseorang
 yang pernah membuatku bahagia. Dialah mantan kekasihku, Choi Siwon. Dia 
pria yang tampan, berperawakan gagah, memiliki senyum yang sangat 
bersahabat. Dia mirip seperti suamiku tetapi mungkin suamiku memiliki 
sedikit kelebihan yaitu tidak pernah tersenyum hangat kepada wanita lain 
dan dia melakukan itu hanya kepadaku. Yah, walaupun aku senang dengan 
perilakunya tetapi hal itu tidak dapat membuat rasa benciku berkurang 
karena pada hakikatnya dia memang harus melakukan hal tersebut sebagai 
seorang suami. Aku berbincang akrab dengannya. Aku tidak tahu mengapa aku
 memutuskan hubungan dengan pria tampan yang kini telah beristri 
sama sepertiku yang sudah bersuami saat ini. Yang aku tahu saat ini, aku 
menyesal dan ingin semuanya terulang kembali dan memilih untuk tetap 
bersama pria ini, pria yang aku dambakan, Choi Siwon sang kuda putih ku 
dulu.
Perbincangan kami sebagai seorang teman
 lama berakhir saat istrinya yang begitu cantik dengan pakaian santainya 
tetapi tetap terlihat elegan dengan senyum simpul dan dandanan yang 
sangat pas dengannya, bedak, dan lipstick yang sesuai dengan kulitnya yang
 putih pucat, datang mengunjungi kami berdua. Wanita itu bernama Kim 
Kibum. Wanita itu sangat beruntung dapat memiliki dan dimiliki pria yang
 ia cintai dan mencintainya dengan tulus, tidak seperti diriku dan nampyeonku. Akhirnya 
mereka pulang dan aku memutuskan untuk sedikit merapikan bagian belakang 
dari rambutku saja karena aku merasa sedikit lelah dengan perbincangan 
dan penyesalan yang bertambah banyak. Aku ingin segera merebahkan diriku 
di tempat tidur berharap semua kebencian yang mengusik kehidupan ini 
meluap dan pergi untuk selamanya bersama diriku.
Saat ini
 aku berada tepat di depan kasir tengah mengoyakkan isi tasku. Ya, 
aku mencari dompetku. Seingatku, aku tidak pernah mengeluarkan dompet 
dari dalam tas karena setiap seusai shopping, aku langsung merebahkan 
diriku di kamar tanpa mempedulikan suami dan anak – anakku yang kini 
telah berumur 7 tahun.
Aku memutuskan untuk menelepon suamiku dengan emosi.
“Dimana kamu meletakkan dompetku ?!” Bentak Sungmin di telepon.
“Chagi Minnie,
 mian aku lupa meletakkanya kembali setelah mengambil sedikit 
isi dompetmu untuk memberikan jajan kepada Kyu-Min dan Hyun-Sung. Mungkin
 aku meletakkannya di meja kerjaku.” Ucap suami Sungmin lembut dan 
terselip rasa sesal.
Tanpa menunggunya untuk berucap kembali, aku memutuskan sambungan telepon dan beberapa detik kemudian, ponselku kembali berdering.
“Chagi Minnie di mana sekarang? Aku akan membawakannya untukmu.” Ucapnya langsung.
Aku menyebutkan
 tempat di mana aku berada tanpa alamat karena aku tahu dia pasti tahu 
tempat ini dan seperti tadi, aku langsung mematikan teleponnya 
karena kesal dan kebencian yang sudah mendarah daging ini.
Aku menunggunya beberapa menit 
dan lama – kelamaan menit itu berubah menjadi jam. Kini sudah 3 jam aku 
menunggunya tetapi tidak kunjung datang. Aku memutuskan untuk 
meneleponnya. Dia tidak menjawab teleponku padahal biasanya hanya 
dalam dua deringan dia langsung mengangkatnya. Aku mencoba menelponnya 
lagi dan kini suara asinglah yang ku dengar.
“Halo, ini siapa?” Ucap Sungmin dengan nada sakratis dan sedikit penasaran.
“Apa benar ini istri dari Cho Kyuhyun-ssi?” Ucap suara asing di seberang.
“Iya,benar. Ini siapa?” tanya Sungmin penuh tanda tanya.
“Kami dari pihak
 kepolisian. Kami ingin memberitahukan kepada ibu bahwa suami 
andamengalami kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit.” 
Ucap suara asing tersebut meyakinkan.
Saat itu,
 aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya terduduk sambil 
menggenggam ponselku erat. Dan sekarang, aku tengah berada tepat di depan
 ruang ICU di sebuah rumah sakit Seoul. Setelah diriku, keluargaku 
yakni appa dan eommanya juga appa dan eommaku datang tidak lupa kedua anak 
kembarku Kyu-Min dan Hyun-Sung yang dijemput oleh bibi Chua juga datang 
ke rumah sakit.
Kecelakaan yang dia alami 
bukan disebabkan karena ia menabrak ataupun ditabrak tetapi karena 
terkena stroke saat membawa kendaraan menuju ke salon untuk 
memberikan dompetku.
Kami penuh cemas menunggu
 kembalinya sang dokter untuk mendengar kabarnya. Aku terdiam seribu 
bahasa. Perasaanku kini berkecamuk di dalam hati. Aku bingung, kesal, 
takut, khawatir, dan saat ini kekesalanku sepertinya telah hilang lenyap.
 Di tengah kegalauanku, doker pun datang dan memberitahukan 
kabar suamiku.
Mereka langsung terisak, ada 
pula yang berteriak – teriak, kedua orang tuanya yakni LeeHyuk-Jae-ssi 
dan Choi Dong-Hae-ssi langsung berpelukan setelah mendengar 
kabar tersebut. Tetapi aku, aku tidak tahu ada apa denganku. Aku hanya 
terdiam sampai jasad suamiku hilang terkubur dan yang ku lihat sekarang 
adalah gubukan tanah penuh dengan beberapa bunga krans dan batu nisan 
yang bertuliskan “Rest In Peace, Cho Kyuhyun, Selamat tinggal anak, 
suami, dan ayah tercinta.”
Aku bingung, aku 
sedih, aku kesal, aku marah, aku kesepian, aku sendiri, dan aku tidak 
tahu harus berbuat apa saat ini karena selama ini Kyuhyunlah yang 
selalu mengurusku dan anak – anak, bukan aku yang mengurus mereka.
Dia yang selalu mengurus perlengkapan rumah tangga..
Dia tahu benar tentang diriku..
Dia tahu apa kesukaan dan hobiku dengan baik..
Tetapi aku? Aku tidak tahu apa – apa tentang dia ! Istri macam apa aku ini?!
Dulu aku sangat membenci dengkurannya, tetapi sekarang aku berharap dapat mendengarnya kembali walaupun hanya sejenak..
Dulu aku
 sangat membenci perilakunya yang meletakkan kopi di atas taplak 
kesukaanku tanpa meletakkan piring kecil di bawahnya, tetapi sekarang aku
 tidak mau menghapus bekas kopi yang masih terlihat di taplak itu..
Dulu aku
 sangat membencinya saat lupa untuk mematikan laptop kesayanganku, 
tetapi sekarang aku mengelus – elus keyboard laptopku berharap dapat 
merasakan bekas –bekas jarinya..
Aku marah karena semuanya terlihat biasa saja tetapi aku penuh dengan penyesalan dan terpukul luar biasa..
Aku benci karena mencium aroma pakaiannya tanpa melihat sosoknya..
Aku kesepian tidur di ranjang tanpa mendengar dengkurannya..
Aku kecewa saat berteriak meminta handuk bukan sosoknya yang kutemui, tetapi eomma..
Aku rindu belaiannya, senyumannya yang hanya untukku..
Aku butuh dirinya, pelukan hangatnya..
Aku tidak tahu bagaimana mengurus anak – anak..
Aku tidak
 tahu apa makanan kesukaannya, sedangkan semua keluarga tahu bahwa 
ia menyukai mie ramen ditemani dengan kopi panas. Mungkin ia menyukainya 
karena aku tidak pernah memasak untuknya. Aku memasak hanya untuk diriku 
sendiri dan anak – anak.
Aku sedih karena mendapati diriku kini jauh
 lebih membenci dirinya karena aku baru dapat merasakan kasihnya padaku 
saat aku tidak dapat membalaskannya..
Aku hanya tahu menghambur – hamburkan uang yang ku miliki untuk kepentinganku pribadi.
Aku baru
 tahu bahwa selama ini uang yang ia transfer ke rekeningku adalah 
semua dari penghasilannya dan aku tidak tahu karena aku tidak pernah 
bertanya dari mana uang yang dia dapatkan untuk membiayai semuanya..
Keluargaku selalu
 berusaha menghiburku. Mereka tidak tahu alasan dari penyesalanku 
yang begitu dalam ini. Ingin sekali rasanya aku membalaskan semua yang 
sudah Kyuhyun lakukan untukku. Tetapi mau dikata apa, nasi telah menjadi 
bubur. Semua sudah terlambat. Aku gagal menjadi seorang istri untuk 
suamiku Kyuhyun dan eomma untuk kedua anak kembarku.
Aku kembali menatap kedua 
anakku dengan tatapan kasih. Aku begitu menyesal karena semuanya. Aku 
menyesal telah menjadi istri yang buruk dan paket lengkapnya, aku sudah 
menjadi seorang eomma yang buruk untuk kedua anakku.
Maka dari
 itu, aku memutuskan untuk bangkit kembali. Aku yakin, Kyuhyun tidak 
ingin aku seperti ini yang hidup dalam penyesalan. Aku harus bangkit 
untuknya juga untuk kedua anak – anakku. Aku harus bekerja karena jumlah 
gaji terakhir dan kompensasi bonusnya tidak akan cukup untuk menghidupi 
kami bertiga. Tetapi bekerja di mana? Juga pekerjaan apa yang harus ku 
lakukan? Aku tidak tahu apa –apa karena selama ini, Kyuhyunlah yang 
menguruskannya untukku.
Di tengah kebingunganku, notaris suamiku 
Shin Dong-hee-ssi datang memberikan kepadaku berlembar – lembar dokumen 
disertai secarik kertas berisikan tulisan tangan yang begitu ku kenal. Ya!
 tulisan tangan suamiku, Cho Kyuhyun.
“Minniechagi,
 mungkin saat kamu membaca pesan ini aku telah tiada di sampingmu. 
Aku minta maaf karena harus pergi mendahuluimu dan tidak dapat menjagamu 
dan kedua anak kita lagi. Maafkan aku karena membebankanmu untuk mengurus
 anak – anak kita sendirian. Tetapi aku menitipkan sesuatu kepada 
notarisku untuk diberikan padamu. Jangan bingung dengan dokumen – dokumen
 itu chagi. Itu semua adalah dokumen dari beberapa usaha kecil yang 
berhasil aku buka dan juga aku sudah menabung walaupun mungkin tidak 
terlalu banyak tetapi aku berharap itu semua cukup untuk kehidupan kalian
 kelak. Nae chagi yang manja, jangan menangis. Hidupilah anak – anak kita
 dengan uang itu. Kamu harus kuat menjalani hidup ini. Buat anak – anak 
kita bangga bahwa mereka memiliki ibu yang luar biasa. Hyun-Sung, jadilah
 anak lelaki yang kuat dan sayangilah eomma dan adikmu 
Kyu-Min. Lindungilah mereka dan jangan pernah tinggalkan mereka. Kyu-Min,
 jadilah wanita yang kuat dan membanggakan seperti eommamu. Jika kalian 
berdua menjadi anak yang baik, appa janji akan memberikan boneka teddy 
kesukaan kalian kelak di surga nanti, ne. Annyeong.”
Mulutku begitu
 keluh dan tidak dapat terbuka. Hanya mataku yang terus – 
menerus mengeluarkan air yang turun dengan deras bagaikan derasnya hujan 
badai.
Aku baru sadar bahwa ia adalah sosok 
anak yang begitu berbakti kepada orang tua sampai – sampai ia mau 
menikahiku, perempuan yang manja ini..
Aku baru sadar bahwa ia 
adalah sosok suami yang begitu perhatian dan setia sampai –sampai 
pembalut yang sering ku gunakan dihafalnya..
Aku baru sadar bahwa ia adalah appa yang sempurna untuk anak – anakku, dia yang selalu membelikan perlengkapan anak – anakku..
Dan
 aku baru sadar, bahwa kebencianku selama ini bukanlah kebencian, tetapi 
diriku tidak dapat menerima bahwa diriku tidak pantas untuknya, diriku 
tidak terlalu baik untuk dirinya..
Tanpaku sadari, panah cinta Cho Kyuhyun telah menusuk hatiku.. 
Panahnya begitu dalam tanpa dapat ku cabut kembali..
Maafkan aku karena sudah menjadi istri yang buruk untukmu dan terima kasih atas cintamu yang luar biasa untukku dan anak – anak..
Mianhae, gomawo, saranghae  nae chagi Cho Kyuhyun..
...THE END...
Gimana? Menyentuhkah? Jika belum memuaskan, mohon dimaafkan :( I will try again 
for the next, jika chinggudeul masih mau setia membaca Epepku :D
Mohon dimaafkan juga bila istilah or singkatan or penempatan kata-kata yang kurang pas,mohon bantuannya *bow*
Ninggalin jejak ne, mau bashing jga boleh asal berguna bagi author.. hehe  :)
Juga
 bagi yang kena tag tapi kaga suka, comment + say No ne spya in my next 
FF tak ditag and yang mau ditag, sama, just comment ^^
And don't forget :
As Inspirator Yes, As Plagiator No !
Gomawo Readerdeul ^.^v
#August 13, 2013 at 11:40am from https://www.facebook.com/notes/chun-hoa-radeulan/mianhae-gomawo-saranghae-chagi-ah-gs-oneshoot/628211303880296
No comments:
Post a Comment