Wednesday, June 25, 2014

FanFiction "Mianhae, Gomawo, Saranghae Chagi-ah" :’) // GS // OneShoot

Annyeonghaseo chinggudeul :D
Wuahh,looooong time no see !
Miss me or not? If not, it's okay lah =D
Akhirnya bisa kembali terjun di dunia perFF-an..
Oh iya, saya juga mau ucapkan selamat hari Raya Idul Fitri bagi yang menjalankan ^^*maap telat -_-*
FFku yang ini only oneshoot, for the next info, please read and coment or ninggalinjejak ne (y)

Oh iya, aku juga belum sempat nulis sequel dri altar sedarah.. Mianhae.. But, nanti pasti ku buat jika tak ada yang menghalangi :D

Let's Read ! Go go go ! hehe :D



~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~__~~_~~__~~__~~__~~



Namaku Lee Sungmin tetapi sering dipanggil Minnie atau Sungmin. Aku seorang Korea bermarga Lee, anak dari Lee Kang-in dan Park Jung-Soo.

Aku sudah menikah tetapi sepertinya pernikahanku tidak sejalan atau tidak seperti yang aku inginkan. Aku menikahi pria pilihan kedua orang tuaku yang artinya aku menikahi pria itu hanya karena dijodohkan. Kedua orang tuaku berkata bahwa pria itulah yang cocok untuk menjadi suamiku.

“Minnie-ah, eomma dan appa sudah mendapatkan orang yang tepat untukmu. Dia pria yang baik,rajin beribadah, dan juga rajin bekerja. Eomma dan appa percaya bahwa dia dapat menjagamu dengan setia dan penuh kasih hingga akhir hayatmu. Eomma dan appa yakin bahwa kamu pasti bisa mencintainya seiring berjalannya waktu.” kata appa dan eomma Sungmin.

“Andwe eomma, appa ! Aku tidak mau menikah dengannya ! Mengetahui wajahnya saja tidak, apalagi sifatnya, dan tidak akan mungkin aku dapat mencintainya karena keterpaksaan!” ucap Sungmin dengan amarah yang berkobar – kobar.

“Tapi Minnie-ah, kamu pasti bisa melakukannya. Eomma dan appa yakin bahwa pria ini benar – benar mencintaimu dengan tulus tanpa syarat. Eomma dan appa sudah sering memperhatikannya. Dia anak yang baik, rajin, dan dia begitu setia. Eomma dan appa akan sangat senang jika kamu menikahinya. Eomma dan appa sudah menyiapkan semuanya, kamu tinggal menunggu kapan acaranya berlangsung.” Ucap appa dan eomma Sungmin meyakinkan dan mungkin sedikit kelewatan karena mempersiapkan segalanya tanpa izin dari Sungmin.

Saat itu, aku tidak membalas ucapan appa dan eomma. Aku tidak mau lama – lama berargumen penuh amarah dengan kedua orang tuaku. Mungkin benar kata appa dan eomma bahwa pria itu adalah orang yang tepat untukku. Tetapi apakah appa dan eomma tidak bisa menanyakannya terlebih dahulu kemudian mempersiapkan semuanya?! Ingin rasanya ku batalkan pernikahan ini. Tetapi, aku tidak mau kedua orang tuaku malu dan kecewa. Lalu aku memutusakan pergi ke kamar untuk menghilangkan amarah ini yang mungkin jika dapat digambarkan sebagai api, kini sudah membakar sebagian dari rumah ini.

Aku tidak pernah mencintainya. Aku membencinya karena keterpaksaan yang muncul di awal presepsiku tentangnya. Maka dari itu, aku memutuskan untuk tidak memiliki ikatan yang lebih seperti suami istri lainnya karena aku tidak mau membencinya lebih dari kebencianku selama ini. Aku memutuskan untuk tidak memiliki anak dan menggunakan pil KB dan ia menyetujuinya, sampai suatu ketika aku lupa meminumnya tetapi ia mungkin benar – benar ingin memiliki anak dari diriku maka dari itu ia tidak mengingatkannya dan saat aku memeriksakannya ke dokter, ternyata aku telah hamil 4 bulan dan dokter melarang keras untuk melakukan aborsi. Ditambah lagi aku sangat kesulitan saat persalinan karena ternyata anak yang ku kandung adalah kembar. Aku tak tahu tujuan utamanya. Apakah dia benar –benar senang melihat aku mengandung anaknya atau dia melakukannya untuk memuaskan nafsunya saja. Yang aku tahu, saat ini aku tidak hanya membencinya tetapi sangat-sangat membencinya.

Biasanya aku melakukan kewajibanku sebagai seorang istri walaupun dengan hati yang tidak tulus. Tetapi mulai saat ini aku sudah sangat membencinya dan aku memutuskan untuk tidak lagi melayaninya sebagai seorang istri yang baik. Aku ingin dia juga membenciku dan bercerai dengannya. Aku semakin memperlihatkan kebencianku padanya dengan  pergi bersama teman – temanku mencari hiburan yang mungkin dapat menghilangkan stress yang terus melekat pada diriku.

Aku benci saat dia menelponku berulang – ulang saat sedang jalan bersama teman –temanku karena menurutku hal itu kembali menimbulkan rasa benciku padanya..
Aku benci padanya saat meletakkan cangkir kopinya tanpa alas piring kecil di bawahnya karena mengotori taplak meja kesayanganku..
Aku benci padanya saat membiarkan laptop kesayanganku hidup hingga keesokan harinya..
Aku benci padanya saat mendengar dengkurannya di sebelahku setiap malam..

Semakin hari, temperatur kebencianku semakin tinggi dan sepertinya kebencianlah yangberkuasa atas diriku saat ini. Untuk itu, aku memutuskan untuk kembali mencerahkan kembali hati dan pikiranku yang sepertinya sudah seperti batu –batu yang berantakan yang bentuknya tak tahu lagi seperti apa dan jikadisambung kembali tidak akan berhasil.

Pagi itu suami dan anak – anakku sudah bersiap – siap untuk melaksanakan kewajiban bekerja dan menerima hak untuk belajar di sekolah. Dan seperti biasa, aku bangun terakhir dari pada mereka. Kini mereka akan segera berangkat. Biasanya suamiku mencium di pipi, tetapi hari ini dia menambahkan 1 bonus pelukan yang menurutkubegitu hangat dan entah mengapa sepertinya aku tidak ingin melepaskannya. Kedua anakku menggoda kami tetapi aku hanya menganggap semuanya angin lalu dan kebencian itu tetap saja ada dalam diri ini.

Aku pergi ke salon langgananku untuk sedikit merapikan bagian rambutku yang sepertinya sudah sedikit ketinggalan dengan trend saat ini karena aku terlalu sibuk membenci suamiku. Yah, walaupun dengan berat hati pada hakikatnya dia pula adalah belahan jiwaku. Sebelum aku pergi ke salon, dia mengajakku untuk pergi ke rumah ibuku karena hari ini ibu berulang tahun tetapi aku lebih memilih untuk pergi ke salon karena kedua orang tuakulah aku menikahi pria ini dan secara otomatis aku turut membenci kedua orang tuaku.

Di salon, aku bertemu dengan seseorang yang pernah membuatku bahagia. Dialah mantan kekasihku, Choi Siwon. Dia pria yang tampan, berperawakan gagah, memiliki senyum yang sangat bersahabat. Dia mirip seperti suamiku tetapi mungkin suamiku memiliki sedikit kelebihan yaitu tidak pernah tersenyum hangat kepada wanita lain dan dia melakukan itu hanya kepadaku. Yah, walaupun aku senang dengan perilakunya tetapi hal itu tidak dapat membuat rasa benciku berkurang karena pada hakikatnya dia memang harus melakukan hal tersebut sebagai seorang suami. Aku berbincang akrab dengannya. Aku tidak tahu mengapa aku memutuskan hubungan dengan pria tampan yang kini telah beristri sama sepertiku yang sudah bersuami saat ini. Yang aku tahu saat ini, aku menyesal dan ingin semuanya terulang kembali dan memilih untuk tetap bersama pria ini, pria yang aku dambakan, Choi Siwon sang kuda putih ku dulu.

Perbincangan kami sebagai seorang teman lama berakhir saat istrinya yang begitu cantik dengan pakaian santainya tetapi tetap terlihat elegan dengan senyum simpul dan dandanan yang sangat pas dengannya, bedak, dan lipstick yang sesuai dengan kulitnya yang putih pucat, datang mengunjungi kami berdua. Wanita itu bernama Kim Kibum. Wanita itu sangat beruntung dapat memiliki dan dimiliki pria yang ia cintai dan mencintainya dengan tulus, tidak seperti diriku dan nampyeonku. Akhirnya mereka pulang dan aku memutuskan untuk sedikit merapikan bagian belakang dari rambutku saja karena aku merasa sedikit lelah dengan perbincangan dan penyesalan yang bertambah banyak. Aku ingin segera merebahkan diriku di tempat tidur berharap semua kebencian yang mengusik kehidupan ini meluap dan pergi untuk selamanya bersama diriku.

Saat ini aku berada tepat di depan kasir tengah mengoyakkan isi tasku. Ya, aku mencari dompetku. Seingatku, aku tidak pernah mengeluarkan dompet dari dalam tas karena setiap seusai shopping, aku langsung merebahkan diriku di kamar tanpa mempedulikan suami dan anak – anakku yang kini telah berumur 7 tahun.

Aku memutuskan untuk menelepon suamiku dengan emosi.

“Dimana kamu meletakkan dompetku ?!” Bentak Sungmin di telepon.
“Chagi Minnie, mian aku lupa meletakkanya kembali setelah mengambil sedikit isi dompetmu untuk memberikan jajan kepada Kyu-Min dan Hyun-Sung. Mungkin aku meletakkannya di meja kerjaku.” Ucap suami Sungmin lembut dan terselip rasa sesal.

Tanpa menunggunya untuk berucap kembali, aku memutuskan sambungan telepon dan beberapa detik kemudian, ponselku kembali berdering.

“Chagi Minnie di mana sekarang? Aku akan membawakannya untukmu.” Ucapnya langsung.

Aku menyebutkan tempat di mana aku berada tanpa alamat karena aku tahu dia pasti tahu tempat ini dan seperti tadi, aku langsung mematikan teleponnya karena kesal dan kebencian yang sudah mendarah daging ini.

Aku menunggunya beberapa menit dan lama – kelamaan menit itu berubah menjadi jam. Kini sudah 3 jam aku menunggunya tetapi tidak kunjung datang. Aku memutuskan untuk meneleponnya. Dia tidak menjawab teleponku padahal biasanya hanya dalam dua deringan dia langsung mengangkatnya. Aku mencoba menelponnya lagi dan kini suara asinglah yang ku dengar.

“Halo, ini siapa?” Ucap Sungmin dengan nada sakratis dan sedikit penasaran.
“Apa benar ini istri dari Cho Kyuhyun-ssi?” Ucap suara asing di seberang.
“Iya,benar. Ini siapa?” tanya Sungmin penuh tanda tanya.
“Kami dari pihak kepolisian. Kami ingin memberitahukan kepada ibu bahwa suami andamengalami kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit.” Ucap suara asing tersebut meyakinkan.

Saat itu, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya terduduk sambil menggenggam ponselku erat. Dan sekarang, aku tengah berada tepat di depan ruang ICU di sebuah rumah sakit Seoul. Setelah diriku, keluargaku yakni appa dan eommanya juga appa dan eommaku datang tidak lupa kedua anak kembarku Kyu-Min dan Hyun-Sung yang dijemput oleh bibi Chua juga datang ke rumah sakit.

Kecelakaan yang dia alami bukan disebabkan karena ia menabrak ataupun ditabrak tetapi karena terkena stroke saat membawa kendaraan menuju ke salon untuk memberikan dompetku.

Kami penuh cemas menunggu kembalinya sang dokter untuk mendengar kabarnya. Aku terdiam seribu bahasa. Perasaanku kini berkecamuk di dalam hati. Aku bingung, kesal, takut, khawatir, dan saat ini kekesalanku sepertinya telah hilang lenyap. Di tengah kegalauanku, doker pun datang dan memberitahukan kabar suamiku.

Mereka langsung terisak, ada pula yang berteriak – teriak, kedua orang tuanya yakni LeeHyuk-Jae-ssi dan Choi Dong-Hae-ssi langsung berpelukan setelah mendengar kabar tersebut. Tetapi aku, aku tidak tahu ada apa denganku. Aku hanya terdiam sampai jasad suamiku hilang terkubur dan yang ku lihat sekarang adalah gubukan tanah penuh dengan beberapa bunga krans dan batu nisan yang bertuliskan “Rest In Peace, Cho Kyuhyun, Selamat tinggal anak, suami, dan ayah tercinta.”

Aku bingung, aku sedih, aku kesal, aku marah, aku kesepian, aku sendiri, dan aku tidak tahu harus berbuat apa saat ini karena selama ini Kyuhyunlah yang selalu mengurusku dan anak – anak, bukan aku yang mengurus mereka.

Dia yang selalu mengurus perlengkapan rumah tangga..
Dia tahu benar tentang diriku..
Dia tahu apa kesukaan dan hobiku dengan baik..
Tetapi aku? Aku tidak tahu apa – apa tentang dia ! Istri macam apa aku ini?!
Dulu aku sangat membenci dengkurannya, tetapi sekarang aku berharap dapat mendengarnya kembali walaupun hanya sejenak..
Dulu aku sangat membenci perilakunya yang meletakkan kopi di atas taplak kesukaanku tanpa meletakkan piring kecil di bawahnya, tetapi sekarang aku tidak mau menghapus bekas kopi yang masih terlihat di taplak itu..
Dulu aku sangat membencinya saat lupa untuk mematikan laptop kesayanganku, tetapi sekarang aku mengelus – elus keyboard laptopku berharap dapat merasakan bekas –bekas jarinya..

Aku marah karena semuanya terlihat biasa saja tetapi aku penuh dengan penyesalan dan terpukul luar biasa..
Aku benci karena mencium aroma pakaiannya tanpa melihat sosoknya..
Aku kesepian tidur di ranjang tanpa mendengar dengkurannya..
Aku kecewa saat berteriak meminta handuk bukan sosoknya yang kutemui, tetapi eomma..
Aku rindu belaiannya, senyumannya yang hanya untukku..
Aku butuh dirinya, pelukan hangatnya..
Aku tidak tahu bagaimana mengurus anak – anak..
Aku tidak tahu apa makanan kesukaannya, sedangkan semua keluarga tahu bahwa ia menyukai mie ramen ditemani dengan kopi panas. Mungkin ia menyukainya karena aku tidak pernah memasak untuknya. Aku memasak hanya untuk diriku sendiri dan anak – anak.
Aku sedih karena mendapati diriku kini jauh lebih membenci dirinya karena aku baru dapat merasakan kasihnya padaku saat aku tidak dapat membalaskannya..
Aku hanya tahu menghambur – hamburkan uang yang ku miliki untuk kepentinganku pribadi.
Aku baru tahu bahwa selama ini uang yang ia transfer ke rekeningku adalah semua dari penghasilannya dan aku tidak tahu karena aku tidak pernah bertanya dari mana uang yang dia dapatkan untuk membiayai semuanya..

Keluargaku selalu berusaha menghiburku. Mereka tidak tahu alasan dari penyesalanku yang begitu dalam ini. Ingin sekali rasanya aku membalaskan semua yang sudah Kyuhyun lakukan untukku. Tetapi mau dikata apa, nasi telah menjadi bubur. Semua sudah terlambat. Aku gagal menjadi seorang istri untuk suamiku Kyuhyun dan eomma untuk kedua anak kembarku.

Aku kembali menatap kedua anakku dengan tatapan kasih. Aku begitu menyesal karena semuanya. Aku menyesal telah menjadi istri yang buruk dan paket lengkapnya, aku sudah menjadi seorang eomma yang buruk untuk kedua anakku.

Maka dari itu, aku memutuskan untuk bangkit kembali. Aku yakin, Kyuhyun tidak ingin aku seperti ini yang hidup dalam penyesalan. Aku harus bangkit untuknya juga untuk kedua anak – anakku. Aku harus bekerja karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya tidak akan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tetapi bekerja di mana? Juga pekerjaan apa yang harus ku lakukan? Aku tidak tahu apa –apa karena selama ini, Kyuhyunlah yang menguruskannya untukku.
Di tengah kebingunganku, notaris suamiku Shin Dong-hee-ssi datang memberikan kepadaku berlembar – lembar dokumen disertai secarik kertas berisikan tulisan tangan yang begitu ku kenal. Ya! tulisan tangan suamiku, Cho Kyuhyun.

“Minniechagi, mungkin saat kamu membaca pesan ini aku telah tiada di sampingmu. Aku minta maaf karena harus pergi mendahuluimu dan tidak dapat menjagamu dan kedua anak kita lagi. Maafkan aku karena membebankanmu untuk mengurus anak – anak kita sendirian. Tetapi aku menitipkan sesuatu kepada notarisku untuk diberikan padamu. Jangan bingung dengan dokumen – dokumen itu chagi. Itu semua adalah dokumen dari beberapa usaha kecil yang berhasil aku buka dan juga aku sudah menabung walaupun mungkin tidak terlalu banyak tetapi aku berharap itu semua cukup untuk kehidupan kalian kelak. Nae chagi yang manja, jangan menangis. Hidupilah anak – anak kita dengan uang itu. Kamu harus kuat menjalani hidup ini. Buat anak – anak kita bangga bahwa mereka memiliki ibu yang luar biasa. Hyun-Sung, jadilah anak lelaki yang kuat dan sayangilah eomma dan adikmu Kyu-Min. Lindungilah mereka dan jangan pernah tinggalkan mereka. Kyu-Min, jadilah wanita yang kuat dan membanggakan seperti eommamu. Jika kalian berdua menjadi anak yang baik, appa janji akan memberikan boneka teddy kesukaan kalian kelak di surga nanti, ne. Annyeong.”

Mulutku begitu keluh dan tidak dapat terbuka. Hanya mataku yang terus – menerus mengeluarkan air yang turun dengan deras bagaikan derasnya hujan badai.

Aku baru sadar bahwa ia adalah sosok anak yang begitu berbakti kepada orang tua sampai – sampai ia mau menikahiku, perempuan yang manja ini..
Aku baru sadar bahwa ia adalah sosok suami yang begitu perhatian dan setia sampai –sampai pembalut yang sering ku gunakan dihafalnya..
Aku baru sadar bahwa ia adalah appa yang sempurna untuk anak – anakku, dia yang selalu membelikan perlengkapan anak – anakku..
Dan aku baru sadar, bahwa kebencianku selama ini bukanlah kebencian, tetapi diriku tidak dapat menerima bahwa diriku tidak pantas untuknya, diriku tidak terlalu baik untuk dirinya..

Tanpaku sadari, panah cinta Cho Kyuhyun telah menusuk hatiku.. 
Panahnya begitu dalam tanpa dapat ku cabut kembali..

Maafkan aku karena sudah menjadi istri yang buruk untukmu dan terima kasih atas cintamu yang luar biasa untukku dan anak – anak..

Mianhae, gomawo, saranghae  nae chagi Cho Kyuhyun..








...THE END...





Gimana? Menyentuhkah? Jika belum memuaskan, mohon dimaafkan :( I will try again for the next, jika chinggudeul masih mau setia membaca Epepku :D
Mohon dimaafkan juga bila istilah or singkatan or penempatan kata-kata yang kurang pas,mohon bantuannya *bow*

Ninggalin jejak ne, mau bashing jga boleh asal berguna bagi author.. hehe  :)
Juga bagi yang kena tag tapi kaga suka, comment + say No ne spya in my next FF tak ditag and yang mau ditag, sama, just comment ^^

And don't forget :
As Inspirator Yes, As Plagiator No !
Gomawo Readerdeul ^.^v


#August 13, 2013 at 11:40am from https://www.facebook.com/notes/chun-hoa-radeulan/mianhae-gomawo-saranghae-chagi-ah-gs-oneshoot/628211303880296

No comments:

Post a Comment